Tuesday 9 May 2017

THAT LEGEND CALLED BASUKI TJAHJA PURNAMA

Ditahan-tahan dari tadi pagi, akhirnya nggak kuat juga.

Ini kedua kalinya gue nangis untuk negara.
Dan pertama kalinya gue nangis untuk seorang pejabat.
Seorang pejabat, lho, yang gue nggak kenal.

Iya, air mata gue tertumpah untuk seorang bapak bernama Ahok.

 

Dulu gue sempet pengen jadi politisi, tapi entah sejak kapan gue kehilangan minat karena gue tidak melihat adanya sosok yang bisa gue jadikan panutan dalam dunia tersebut. Sampai kemudian muncul Jokowi, dan Ahok. Kemunculan mereka jadi awal munculnya tokoh-tokoh hebat lain, yang meskipun nggak membuat gue tertarik lagi pada politik, tapi berhasil menanamkan dalam diri gue bahwa akhirnya ada orang-orang hebat dan tulus di jajaran pemerintahan yang busuk ini.
Dan hari ini gue kembali mengetahui kalau ternyata yang namanya politik itu sampai kapanpun akan tetap busuk.



Mungkin keimanan gue masih dangkal kali ya, karena sebagai seorang muslim, gue nggak ngerasa marah dengan apa yang dikatakan si bapak, yang akhirnya membawanya ke dalam akhir yang seperti ini. Mungkin akan ada yang bilang gue islam KTP, karena gue nggak ikut demo berjilid-jilid yang mengganggu kemaslahatan orang banyak itu.

Gue nggak bilang apa yang beliau katakan mengenai Al Maidah:51 itu bijak. Gue mengakui beliau tidak bijak (tidak bijak, bukan salah) mengatakan itu, tapi gue TIDAK SETUJU kalau itu dibilang sebagai penistaan agama.

Seperti yang sudah banyak orang lain bilang, gelar ustadz tapi tipu-tipu, ITU baru penistaan agama. Gelar ustadz tapi korupsi, ITU baru penistaan agama. Ngaku muslim taat tapi kelakuan kaya sampah masyarakat sebar kebencian provokasi blablabla, ITU baru penistaan agama.

Gue jadi ngerasa, betapa banyaknya orang-orang yang entah terlalu pintar sekali dan amat sangat beriman sekali sampai ngerasa dirinya udah paling bener dan paling suci sehingga merasa berhak menghakimi dan mengkafir-kafirkan orang lain bahkan yang seagama dengan mereka, atau justru teramat sangat bodoh sekali sehingga mau-mau aja diprovokasi dengan embel-embel bela agama.

Orang-orang nyinyir bertebaran di linimasa. Orang-orang yang sok suci dan sok islami, orang-orang yang percaya mereka paling benar dengan membela yang mereka yakini benar, tapi justru paling tajam mulutnya menyerang dan menghakimi mereka yang dianggap berseberangan. Bukannya menyejukkan, tapi malah membakar.

Itu apa? 
MUNAFIK YA NAMANYA.
Ngaku beragama, ngaku membela agama, tapi mengamalkan ajaran agamanya sendiri aja nggak bisa.

Sungguh, gue selama ini termasuk orang yang masa bodo. Tapi kelakuan kaum munafik di linimasa ini semakin lama semakin memuakkan, sampe gue bener-bener nggak tahan ngeliatnya. Anehnya mereka seakan nggak pernah puas. Ahok udah dijatuhi hukuman seperti ini pun, masih aja dinyinyirin. Wow, mereka kalo makan pasti nggak pernah pake sambel, mulutnya udah pedes banget soalnya.

Lucunya, mereka-mereka itu lah yang selalu menghujat Ahok dengan kata-kata "Jaga lisan", "Mulutmu harimaumu." dan lain-lain.
Ha. Ha. Ha.
Nyuruh orang jaga lisan, lisan sendiri nggak dijaga.
Lucu. 
Coba deh lo-lo semua ikutan stand up comedy, kali jadi tenar.

Apa ya yang mereka pikirkan setelah mengeluarkan kata-kata kaya gitu?
Gue, misalnya, setiap kali gue berpikiran yang jahat dikit kalo liat postingan-postingan aneh, gue langsung ngerasa bersalah dan minta sama Allah untuk menghilangkan amarah gue.
Gue pengen tau, apakah mereka-mereka yang ngakunya bela agama itu juga memohon ampun pada Allah tiap habis ngejudge orang lain?

Btw, for those yang memilih Anis-Sandi HANYA karena kalian seagama, gue cuma mau bilang, shame on you. Buat gue, kalian memikirkan akhirat, mengaku ingin selamat di akhirat, tapi mengorbankan kepentingan banyak orang dan menyengsarakan banyak orang.
Kok kalian egois ya?

Oh btw.

Sesungguhnya gue marah dan sedih atas jatuhnya vonis hakim yang seperti itu. Karena apa? Karena orang-orang yang seperti di atas itu akan semakin ngerasa besar kepala, di atas angin. Lo yang ngikutin sidang Ahok pasti tau betapa dagelannya sidang itu, saksi-saksi yang dihadirkan banyak yang tidak kompeten.

Tapi di sisi lain gue bisa paham kenapa vonis itu keluar.
Dan bukan karena Ahok menistakan agama. Bukan.
Ini permainan politik tingkat tinggi.
Harus ada yang dikorbankan.
Dan Ahok-lah yang mengambil peran itu.

 
 
Bapak.
Tuhan tidak tidur.
Dan Ia Maha Adil.
Ada sesuatu yang indah yang tengah menunggu Bapak. Terima kasih Pak. Kami akan menunggu bapak kembali. :')
 

I love you, Pak.