Wednesday 15 March 2017

Suamiku, Mantan Pacarmu Telepon Nih...

Hari ini gue logged in FB dan menemukan beberapa teman posting artikel ini.

Sumbernya: http://www.cerpen.co.id/post_140074.html

Kalau dilihat dari sumbernya yang adalah cerpen.co.id, berarti kemungkinan fiksi ini dimaksudkan untuk memberikan nasehat pada para suami agar selalu mengingat pengorbanan istri dan memperlakukan istri dengan baik. Setuju banget sama moral message yang ingin disampaikan. Dan sepertinya tersampaikan, karena rata-rata yang repost atau komen di artikel tersebut mengimbau kepada suami masing-masing untuk menjadi seperti suami yang ada di artikel tersebut.

Tapi,
Entah gue yang super rese apa gimana ya.
Kalo gue jadi sang istri yang ada di artikel itu sih, gue bakalan kecewa parah sama suami gue.

Ya, gimana enggak...
Pada bagian di mana Marissa si Mantan bertanya, "Kamu masih cinta nggak sama aku?"
Tommy terdiam sejenak lalu menjawab, "...cinta."

Percakapan berlanjut,
Marissa si Mantan bertanya lagi, "Kalo gitu kita nikah aja! Saya janji kita akan jadi suami istri yang baik dan saling sayang."
Tommy lantas menjawab, "Gak bisa, Marissa, saya sudah menikah, istri saya sangat mencintai saya,  saya nggak mungkin melukai dia. Saya seorang pria."

Tommy kemudian memaparkan alasan kenapa dia nggak bisa menikahi Marissa yang kalo dijadikan kesimpulan kira-kira seperti ini:
1. Tommy tau betapa sakitnya dikhianati, jadi Tommy nggak mau mengkhianati istrinya.
2. Tommy sudah berkomitmen pada dirinya sendiri ketika meminang istrinya, bahwa ia akan selalu ada di samping istrinya dalam kondisi bagaimanapun.
3. Tommy tidak mau menginjak-injak kehidupan seorang wanita yang sudah menyerahkan dirinya (istrinya).

Tommy juga nggak mau berteman baik dengan Marissa karena dia ngerasa nggak ada gunanya dan bisa membuat istrinya cemburu.

While I'm applauding Tommy for his effort to keep his commitment, di lain pihak gue merasa sangat bersimpati pada istri Tommy (yang namanya nggak disebutkan). Kenapa? Karena gue nggak ngerasa Tommy cinta sama istrinya. Gue bahkan bertanya-tanya, ini Tommy nikah sama istrinya karena dijodohin apa gimana sih? Semua alasan yang dipaparkan Tommy pada Marissa, bukan karena cintanya pada sang istri, melainkan karena Tommy merasa dirinya adalah seorang pria yang sudah berjanji nggak akan merusak komitmennya pada sang istri.

Mari kita berandai-andai sang istri bisa mendengar percakapan antara si suami dan si mantan.

Bayangin betapa hancurnya hati sang istri ketika dia tau Tommy masih cinta sama mantannya. Bayangin juga betapa kecewanya sang istri karena meskipun Tommy menyanjung-nyanjung dan meninggikan istrinya setinggi langit, nggak sekalipun Tommy bilang, "Saya mencintai istri saya." pada Marissa.

Enggak. Yang Tommy bilang adalah "Istri saya sangat mencintai saya."

Kalau Tommy benar mencintai istrinya, ia akan menjawab dengan tegas TIDAK ketika Marissa bertanya apa dia masih cinta Marissa, meskipun pada kenyataan mungkin dia memang masih cinta sama Marissa.

Kalau Tommy benar mencintai istrinya, ia akan menjawab "Saya tidak ingin mengkhianati orang yang saya cintai." dan bukannya "Saya tau bagaimana sakitnya dikhianati, karena itu saya nggak mau mengkhianati istri saya." Lha kalo nggak sakit, lo bakal khianatin istri lo?

Mungkin ada reader yang akan komen "Yaaaa kan Tommy ngomong gitu karena nggak ada istrinya. Kalo ada istrinya pasti beda lagi."

Lho, justru cinta nggaknya seseorang sama lo itu dilihat dari seperti apa dia bersikap saat lo nggak ada, bukan saat lo ada. Sama seperti teman sejati adalah teman yang membela lo ketika lo nggak ada, bukan cuma saat lo ada.

Artikel itu menyebutkan "Hal yang paling membanggakan untuk wanita bukan soal memiliki banyak pria, melainkan berapa banyak wanita yang bisa ditolak oleh pasangannya." and I have to disagree. Buat gue sebagai cewek, hal yang paling membanggakan buat gue adalah mengetahui betapa pasangan gue mencintai gue and he shows that to the world. Rather than mengetahui berapa banyak cewek yang dia tolak, gue lebih bangga mengetahui berapa banyak cewek yang nggak jadi nggodain dia karena melihat sendiri betapa dia mencintai gue.

So, di saat cewek-cewek berharap suami mereka nanti bisa bersikap seperti Tommy, gue malah berdoa mudah-mudahan suami gue nanti tidak menjadi seperti Tommy.

Mudah-mudahn suami gue nanti akan dengan bangga bilang ke semua orang, kalau dia mencintai gue, rather than menceritakan pada dunia betapa gue begini dan begitu dan karenanya dia nggak mau menyakiti gue, atau karena dia adalah seorang pria yang berkomitmen.

Buat gue,
yang paling membanggakan adalah mendengar Pillow berkata, "Saya begini dan begitu, karena saya mencintai Princess."

Iyah, Pillow, I love you too. :*

No comments:

Post a Comment