Wednesday 5 April 2017

TMIP: the Most Important Person

Tadi siang, gue abis ketemuan sama Shippo. Lagi ngobrol-ngobrol, terus Shippo bilang gini, "I thought you're gonna keep going."

Gue tertohok karena teringat lagi akan keputusan berat yang baru gue ambil: meninggalkan panggung.

Ini bukan pertama kalinya gue memutuskan untuk meninggalkan panggung. Sebelumnya juga gue pernah melakukan ini, meskipun ujung-ujungnya gue balik lagi, malah lebih cinta sama panggung dibanding sebelumnya.

Panggung emang semacam magnet yang sangat besar buat gue.
Semakin gue berusaha pergi, semakin besar daya tariknya.

Lantas kenapa gue bisa meninggalkan panggung yang sangat gue cintai itu?

Entah, ya.

Btw, itu juga terjadi sama kerjaan gue. Dulu mana mau gue disuruh berhentu kerja. Nggak ada ceritanya. Tapi sekarang gue deliberately mengajukan resign.

Hmm.

Gue pernah baca ini di mana ya... "Suatu saat akan hadir seseorang yang akan membuat lo dengan suka rela melakukan hal-hal yang nggak pernah mau lo lakukan sebelumnya."


I think that's exactly what happened to me.

Gue nggak bisa menjelaskan ini dengan logis, but... Apa lagi penjelasan yang mungkin?

Tante gue yang luar biasa tomboy, ketika ketemu sama om gue--yang sekarang jadi suaminya--berubah jadi wanita sejati. Shippo yang juga banci panggung, ketika ketemu sama Fiter langsung bikin keputusan untuk berhenti naik panggung. Tiwi yang setengah mati cinta sama panggung, setelah nikah sama Mirza akhirnya melepaskan kecintaannya itu.

Lalu, gue ketemu Pillow, dan gue juga akan melakukan hal yang sama.

Emang gue masih tetep sedih--banget--ketika memutuskan berhenti, tapi juga ada kelegaan yang menentramkan. Rasanya kaya somehow gue tau gue melakukan hal yang bener. Seakan-akan gue tau "Udah waktunya.", udah, this is the end of this journey, you have to start another one.

Well, you know they always said He got the perfect timing.
Lagi, itu benar.

Ini bukan soal suami mengijinkan atau nggak. Ini bukan soal bisa manage waktu atau enggak. Ini bukan soal pantas atau nggak.

Bukan tekanan dari luar yang membuat kami mengambil keputusan ini, ini berasal dari dalam diri kami sendiri.

Passion gue yang sangat menggebu-gebu untuk menjelajah panggung demi panggung, ketika gue tau ke mana arah yang gue tuju, seketika surut. Bukan berarti gue nggak cinta lagi sama panggung, it's just... Rasanya kaya gue udah berada di dunia yang berbeda dengan panggung. Panggung seperti bukan lagi sesuatu yang nyata buat gue. Mungkin itu juga kali yang dialami para wanita yang memutuskan untuk meninggalkan karir untuk jadi full time emak-emak rumah tangga.

From these symptoms, I conclude that Pillow's the one, and it's really about time for me to start fresh.

No comments:

Post a Comment