Wednesday, 12 April 2017

Words and Swords

Blogging is healing.
Or so.

I'm the type of person who's craving for attentions. Ketika postingan gue dilike atau disetujui oleh pengguna medsos, itu membuat gue merasa didukung, merasa 'benar'. Semakin banyak like atau komen yang gue dapet, semakin tinggi pula rasa bangga dan percaya diri gue.

Ini bahaya. Bahaya besar. Karena bisa-bisa gue jadi takabur dan ngerasa paling bener sendiri, ujung-ujungnya gue bisa aja menafikan komen atau masukan dari orang lain yang mungkin lebih benar, hanya karena pendapat gue lebih banyak dilike dan didukung.

Tapi, gue juga rentan terhadap kritik. Gue ngerasa gue ini orang yang paling nggak bener sedunia kalo udah ada yang ngritik gue. Gue bisa kepikiran selama berhari-hari, padahal sebenernya orang itu nggak terlalu signifikan untuk hidup gue.

That's why, for me, silent blog is best.
Dulu gue ngeblog untuk berbagi tentang karya-karya gue sama semua orang, tapi sekarang, gue ngeblog hanya sekedar untuk mengekspresikan diri gue yang sebenar-benarnya tanpa harus takut akan menyinggung perasaan si anu atau si itu, dicap mulut neraka oleh si ono, atau dijudge sama orang-orang yang nggak tau apa-apa soal gue.

Ya, gue nggak perlu berpura-pura jadi siapapun di sini.

Gue bisa menulis apapun yang gue mau. Semua hal. Dari sudut pandang gue yang sebenar-benarnya.

Dan gue nggak perlu takut akan jadi besar kepala atau ngerasa paling benar, karena nggak akan ada yang ngebaca blog ini. Well... Kecuali orang-orang yang kurang beruntung dan nyasar ke sini sih. 😆

Jadi bisa dibilang, blog ini adalah penyelamat gue, karena bisa bikin gue jadi diri gue yang sebenar-benarnya, tapi nggak lantas bikin gue besar kepala.

Gue lega karena gue bisa bercerita kepada semua orang, sekaligus tidak bercerita kepada siapa-siapa.

Di sini, nggak ada yang membenarkan gue, tapi juga nggak ada yang menyalahkan gue.
This is my safe haven. ♡♡♡

No comments:

Post a Comment