Padahal udah ditahan-tahan supaya nggak ngomongin masalah itu, tetep aja akhirnya keomong juga. Dan reaksinya tepat seperti yang diperkirakan.
Gue makin ngerasa nggak dihargai.
Padahal seharusnya sebagai seorang yang pernah tertarik pada hal yang sama, dia tau bagaimana gue mengartikan sebuah performance.
Padahal seharusnya kalau dia benar mengerti betapa berartinya mimpi gue seperti yang dia bilang, dia akan memperjuangkan. Ya terbukti kalo ternyata mimpi gue tidak cukup berharga bagi dia.
Mungkin karena mimpi gue ini dinilai tidak relevan dengan usahanya untuk menjadi manusia yang lebih baik, jadi ya sudah, dia membiarkannya kalah. Toh dia yang penyanyi juga sudah tidak ada lagi, seperti yang dikatakannya beberapa waktu lalu.
Nggak salah, tapi nohok.
Seakan-akan mimpi gue itu hina.
Tidak cukup berharga untuk dicoba diperjuangkan.
Ya guenya juga bego, membiarkan diri tetap berharap sampai akhir.
Ternyata toh tidak sesuai dengan apa yang gue harapkan.
Ternyata tidak sedang diusahakan.
Ternyata di ya sudah kan saja.
PHP.
Gue kecewa.
Ya.
Gue kecewa berat.
Untuk sekedar memberitahu "Maaf ya, ternyata aku nggak bisa ngomong." pun enggak.
Nggak cukup berharga.
Gue dibiarkan menanti begitu saja.
Nggak cukup berharga.
Kalau yang lain, yang hubungannya dengan generousity terhadap orang lain, nggak apa-apa diperjuangkan. Kalau yang ini, tidak.
Nggak cukup berharga.
Mimpi gue selama enam belas tahun diinjak-injak begitu saja.
Mimpi yang bikin gue bisa ketemu sama dia.
Nggak cukup berharga.
...
Udah tinggal sebentar lagi. Harusnya gue udah mulai tenang.
Tapi enggak.
Yah paling tidak sekarang soal itu sudah jelas. Jadi gue bisa berhenti berharap.
Sungguh.
Mengecewakan.