Thursday 22 March 2018

ROLLESCOASTER OF PREGNANCY: DIABETES MELLITUS GESTATIONAL


Setelah ngalamin sendiri yang Namanya kehamilan, gue baru tau kenapa surga ada di telapak kaki ibu. KARENA EMANG SEBERAT ITU SODARA-SODARA.

Well, mungkin berbeda buat tiap wanita, ya… Karena ada yang sangat kuat dan bisa melewati segala ‘kesulitan’ pada saat hamil, ada juga yang masyaallah dipermudah masa-masa kehamilannya sehingga terasa ringan.

Gue? Nggak berat-berat amat sih, tapi tetep membuat gue kepayahan.

Kalo kata emak, gue kebanyakan keluhan. Wkwkwkwk. Tapi ya mau gimana, kenyataannya emang banyak yang gue rasain dan gue nggak tau itu normal atau nggak sehingga gue ketakutan sendiri. Bukannya gue nggak nyari info, di jaman informasi udah serba mudah begini, buka google ketika ada masalah adalah opsi pertama yang terlintas di pikiran gue. But still, Namanya khawatir, gue merasa harus bertanya pada yang sudah lebih berpengalaman atau langsung ke obgyn gue. Untungnya Mbak Ika masih sodara sama suami, jadinya mau konsultasi via WA atau telp masih enak-enak aja.


Sebagaimana ibu hamil, selama trimester pertama sampai bulan keempat, gue mengalami morning—atau lebih tepatnya all day—sickness yang cukup parah. Makanan yang bisa masuk tiap hari berganti-ganti, sehingga tiap hari dilalui dengan main tebak-tebakan sambil nyanyi bersama suami, “Makan apa, makan apa, makan aaapa sekaraaaang~”. Karena gue adalah tipe orang yang sekali muntah susah berhenti, gue sangat menghindari memuntahkan kembali makanan. Jadi kalo gue makan dan terasa mual, ya gue prefer berhenti, daripada gue paksa lanjutin tapi ujung-ujungnya gue harus muntah.

Yang paling parahnya lagi, gue nggak bisa mengkonsumsi air putih sama sekali, mau itu airnya hangat kek, dingin kek, biasa kek, pokoknya nggak bisa. Makanya dehidrasi jadi concern gue di masa-masa awal kehamilan. Mbak Ika lalu menyarankan untuk minum apa saja yang berasa daripada gue kekurangan cairan. Awalnya gue masih bisa minum kelapa hijau, tapi setelah seminggu berlalu gue jadi kebal dan mual juga. End up gue jadi kecanduan teh pucuk harum karena nggak meninggalkan rasa di lidah, nggak seperti teh-teh seduh lainnya. Selama kurang lebih tiga bulan, gue mengkonsumsi teh pucuk harum, lemon tea McD, dan sirup markisa sebagai pengganti air putih. Baru di akhir-akhir bulan keempat gue bisa sedikit-sedikit mengkonsumsi air putih.

Parah ye?

Walhasil, dalam pemeriksaan lab di akhir bulan keempat, gue terdeteksi menderita kencing manis.

Rasanya kaya disambar petir sodara-sodara.

Karena gue maupun keluarga nggak punya histori diabetes, kata Mbak Ika kemungkinan gue mengidap Diabetes Mellitus Gestational (DMG) atau kencing manis yang disebabkan oleh kehamilan. Mbak Ika lalu menyarankan gue untuk ambil TTGO alias Tes Toleransi Gula Oral dan HbA1c yang hasilnya lebih akurat untuk melihat apakah gue bener-bener ada DMG.

Semenjak itu, gue jadi lebih aware sama apa yang gue minum dan gue makan. Lumayan berat, karena saat itu justru gue lagi pengen-pengennya mengkonsumsi segala sesuatu yang manis baik itu makanan, minuman maupun buah-buahan. Sebisa mungkin gue menghindari minuman kemasan yang gue tau bergula tinggi. Gue memperbanyak minum air putih (udah bisa juga kan sekarang). Satu-satunya yang masih gue ikutin nafsunya adalah makan buah-buahan, terutama semangka.

Hari Rabu kemarin akhirnya gue ambil TTGO dan HbA1c di RSIA Tambak, sengaja ngepasin sama jadwal praktek Mbak Ika biar habis itu bisa sekalian kontrol kandungan. Gue diharuskan berpuasa dulu kurang lebih 10 jam sebelum pengambilan sampel pertama, jadi gue mulai puasa dari hari Selasa jam 9 malam.

Malam itu gue tidur sambil memimpikan makan indomi goreng.

Sedih.

Hari Rabu jam 7 pagi, gue diambil sampel darahnya. Suster lalu ngasih gue 75 g glukosa bubuk dan gelas buat nyeduh. Gue harus minum itu larutan glukosa sampai habis dalam waktu singkat (5 menit paling lama). Takaran airnya suka-suka gue. Gue memutuskan untuk gak banyak-banyak nambahin air. Bodo amat mau rasanya manis banget juga. Wkwkwk. Daripada gue kembung gara-gara minum air gula? Awalnya gue khawatir karena Mbak Ika bilang rasanya manis-manis getir, dan orang yang kena DM nggak akan bisa minum itu, tapi pas gue coba minum… Manis sih, manis banget, tapi nggak getir ah. Mungkin gue sudah cukup mengalami kegetiran dalam hidup. Wkwkwkwk.

Ape.

Oh iya, ada kemungkinan lo akan ngerasa mual-mual dan pusing setelah minum larutan ini. Gue juga begitu. Lemes pula. Dan karena gue masih harus dua kali lagi diambil sampel darahnya, gue belum diperbolehkan makan. Cuma boleh minum air putih.

Plis, nggak tertarik.

Satu jam setelah minum air gula, tepatnya jam 8 pagi, sampel darah gue diambil lagi. Suster lalu nyuruh gue nunggu satu jam lagi untuk pengambilan sampel darah terakhir. Pusing gue makin parah di sini, plus gue juga ngantuk. Akhirnya gue ke mushalla dulu buat tidur. Lumayan kan sejam.

Setelah gue pikir-pikir lagi, mungkin pusing yang gue alami saat itu adalah karena ngantuk plus belum makan, bukan karena minum larutan gula. Wkwkwk.

Jam 9 lewat sedikit, sampel darah gue diambil lagi untuk terakhir kalinya, lalu gue disuruh nunggu lagi selama mereka memproses hasil. Kalo udah ada hasilnya, gue akan dipanggil. Nggak sampe 15 menit, hasil gue keluar.

Hasil yang gue terima adalah sebagai berikut:
Gula puasa: 93 dari rujukan 70-110 mg/dl
Gula 1 jam: 178 dari rujukan 70-180 mg/dl
Gula 2 jam: 133 dari rujukan 70-140 mg/dl
HbA1c (IFCC): 31.4 dari rujukan 26.00-48.00 mmol/mol
HbA1c (NGSP): 5.0 dari rujukan 4.50-6.50 %

Alhamdulillah!

Gue nggak DMG sodara-sodara!

Hilang sudah satu kekhawatiran gue. Apalagi saat kontrol, si dedek terpantau normal dan sehat sesuai dengan usia kandungan, plus sangat aktif. Makin bahagialah gue dan Pillow.

No comments:

Post a Comment