Setelah ngalamin sendiri yang Namanya kehamilan, gue baru
tau kenapa surga ada di telapak kaki ibu. KARENA EMANG SEBERAT ITU
SODARA-SODARA.
Well, mungkin berbeda buat tiap wanita, ya… Karena ada yang
sangat kuat dan bisa melewati segala ‘kesulitan’ pada saat hamil, ada juga yang
masyaallah dipermudah masa-masa kehamilannya sehingga terasa ringan.
Gue? Nggak berat-berat amat sih, tapi tetep membuat gue
kepayahan.
Kalo kata emak, gue kebanyakan keluhan. Wkwkwkwk. Tapi ya
mau gimana, kenyataannya emang banyak yang gue rasain dan gue nggak tau itu
normal atau nggak sehingga gue ketakutan sendiri. Bukannya gue nggak nyari
info, di jaman informasi udah serba mudah begini, buka google ketika ada
masalah adalah opsi pertama yang terlintas di pikiran gue. But still, Namanya
khawatir, gue merasa harus bertanya pada yang sudah lebih berpengalaman atau
langsung ke obgyn gue. Untungnya Mbak Ika masih sodara sama suami, jadinya mau
konsultasi via WA atau telp masih enak-enak aja.
Sebagaimana ibu hamil, selama trimester pertama sampai bulan keempat, gue mengalami morning—atau lebih tepatnya all day—sickness yang cukup parah. Makanan yang bisa masuk tiap hari berganti-ganti, sehingga tiap hari dilalui dengan main tebak-tebakan sambil nyanyi bersama suami, “Makan apa, makan apa, makan aaapa sekaraaaang~”. Karena gue adalah tipe orang yang sekali muntah susah berhenti, gue sangat menghindari memuntahkan kembali makanan. Jadi kalo gue makan dan terasa mual, ya gue prefer berhenti, daripada gue paksa lanjutin tapi ujung-ujungnya gue harus muntah.
Yang paling parahnya lagi, gue nggak bisa mengkonsumsi air
putih sama sekali, mau itu airnya hangat kek, dingin kek, biasa kek, pokoknya
nggak bisa. Makanya dehidrasi jadi concern gue di masa-masa awal kehamilan.
Mbak Ika lalu menyarankan untuk minum apa saja yang berasa daripada gue
kekurangan cairan. Awalnya gue masih bisa minum kelapa hijau, tapi setelah
seminggu berlalu gue jadi kebal dan mual juga. End up gue jadi kecanduan teh
pucuk harum karena nggak meninggalkan rasa di lidah, nggak seperti teh-teh
seduh lainnya. Selama kurang lebih tiga bulan, gue mengkonsumsi teh pucuk
harum, lemon tea McD, dan sirup markisa sebagai pengganti air putih. Baru di
akhir-akhir bulan keempat gue bisa sedikit-sedikit mengkonsumsi air putih.
Parah ye?
Walhasil, dalam pemeriksaan lab di akhir bulan keempat, gue
terdeteksi menderita kencing manis.
Rasanya kaya disambar petir sodara-sodara.
Karena gue maupun keluarga nggak punya histori diabetes, kata
Mbak Ika kemungkinan gue mengidap Diabetes Mellitus Gestational (DMG) atau
kencing manis yang disebabkan oleh kehamilan. Mbak Ika lalu menyarankan gue
untuk ambil TTGO alias Tes Toleransi Gula Oral dan HbA1c yang hasilnya lebih
akurat untuk melihat apakah gue bener-bener ada DMG.
Semenjak itu, gue jadi lebih aware sama apa yang gue minum
dan gue makan. Lumayan berat, karena saat itu justru gue lagi pengen-pengennya
mengkonsumsi segala sesuatu yang manis baik itu makanan, minuman maupun
buah-buahan. Sebisa mungkin gue menghindari minuman kemasan yang gue tau
bergula tinggi. Gue memperbanyak minum air putih (udah bisa juga kan sekarang).
Satu-satunya yang masih gue ikutin nafsunya adalah makan buah-buahan, terutama
semangka.
Hari Rabu kemarin akhirnya gue ambil TTGO dan HbA1c di RSIA
Tambak, sengaja ngepasin sama jadwal praktek Mbak Ika biar habis itu bisa
sekalian kontrol kandungan. Gue diharuskan berpuasa dulu kurang lebih 10 jam
sebelum pengambilan sampel pertama, jadi gue mulai puasa dari hari Selasa jam 9
malam.
Malam itu gue tidur sambil memimpikan makan indomi goreng.
Sedih.
Hari Rabu jam 7 pagi, gue diambil sampel darahnya. Suster
lalu ngasih gue 75 g glukosa bubuk dan gelas buat nyeduh. Gue harus minum itu
larutan glukosa sampai habis dalam waktu singkat (5 menit paling lama). Takaran
airnya suka-suka gue. Gue memutuskan untuk gak banyak-banyak nambahin air. Bodo
amat mau rasanya manis banget juga. Wkwkwk. Daripada gue kembung gara-gara
minum air gula? Awalnya gue khawatir karena Mbak Ika bilang rasanya manis-manis
getir, dan orang yang kena DM nggak akan bisa minum itu, tapi pas gue coba
minum… Manis sih, manis banget, tapi nggak getir ah. Mungkin gue sudah cukup
mengalami kegetiran dalam hidup. Wkwkwkwk.
Ape.
Oh iya, ada kemungkinan lo akan ngerasa mual-mual dan pusing
setelah minum larutan ini. Gue juga begitu. Lemes pula. Dan karena gue masih
harus dua kali lagi diambil sampel darahnya, gue belum diperbolehkan makan.
Cuma boleh minum air putih.
Plis, nggak tertarik.
Satu jam setelah minum air gula, tepatnya jam 8 pagi, sampel
darah gue diambil lagi. Suster lalu nyuruh gue nunggu satu jam lagi untuk
pengambilan sampel darah terakhir. Pusing gue makin parah di sini, plus gue
juga ngantuk. Akhirnya gue ke mushalla dulu buat tidur. Lumayan kan sejam.
Setelah gue pikir-pikir lagi, mungkin pusing yang gue alami saat itu adalah karena ngantuk plus belum makan, bukan karena minum larutan gula. Wkwkwk.
Jam 9 lewat sedikit, sampel darah gue diambil lagi untuk terakhir kalinya, lalu gue disuruh nunggu lagi selama mereka memproses hasil. Kalo udah ada hasilnya, gue akan dipanggil. Nggak sampe 15 menit, hasil gue keluar.
Hasil yang gue terima adalah sebagai berikut:
Gula puasa: 93 dari rujukan 70-110 mg/dl
Gula 1 jam: 178 dari rujukan 70-180 mg/dl
Gula 2 jam: 133 dari rujukan 70-140 mg/dl
HbA1c (IFCC): 31.4 dari rujukan 26.00-48.00 mmol/mol
HbA1c (NGSP): 5.0 dari rujukan 4.50-6.50 %
Alhamdulillah!
Gue nggak DMG sodara-sodara!
Hilang sudah satu kekhawatiran gue. Apalagi saat kontrol, si
dedek terpantau normal dan sehat sesuai dengan usia kandungan, plus sangat
aktif. Makin bahagialah gue dan Pillow.
No comments:
Post a Comment