Thursday 27 April 2017

Selangkah Lebih Dekat Menuju Kamu


Orang bilang, kalau kita sudah memutuskan untuk menikah, berbagai macam cobaan dan ujian akan datang. Wajar, namanya aja berniat melaksanakan sesuatu yang baik, katanya sih nggak ada yang gampang.

In most of the case, ujian yang datang berupa kembalinya para mantan atau orang-orang dari masa lalu.

In my case, however, ujian itu datang dalam bentuk ketidakteraturan manajemen waktu baik dari pihak gue maupun Pillow.

Pink ink: jika lo adalah penulis stripping yang tengah mempersiapkan pernikahan dan TIDAK berniat menggunakan WO, gue punya satu saran buat lo: JANGAN.

Dah, itu aja.

Karena, gue aja yang pake WO setengah mati ngatur schedule kapan mesti ngapain. Percayalah, menyatukan jadwal dua kepala, which is gue sama Pillow, aja butuh proses yang kadang menimbulkan banyak gesekan yang ujung-ujungnya berakhir jadi pertengkaran.

Ini terjadi karena baik gue maupun Pillow sepakat untuk mengurus ini bersama, sementara schedule kami belum tentu cocok tiap saat untuk ngurusin semuanya. Walhasil, terkadang banyak item yang harus direschedule. Gue yang udah punya timeline dan patuh deadline jadi sering spanneng.

It's less than three months tapi banyak yang masih belum beres.

Itu baru dua kepala, lho, belum lagi kegiatan-kegiatan yang harus melibatkan dua keluarga. Meaning, bukan cuma jadwal kami yang harus dicocokin, tapi juga jadwal mama papa Pillow dan mama ai.

Pusing? Iya, pasti.

Ngatur waktu dan energi buat ngurusin kerjaan dan nikahan aja rasanya udah babak belur, sampe jadi nggak punya waktu untuk 'bersosialisasi' (read: jalan-jalan nonton film dan sebangsanya).

Hah, dan dulu gue masih mau nerima tawaran untuk kerja di tempat lain.
Kalo bener gue jalanin, mungkin gue udah masuk rumah sakit. :/

Yang membuat gue bertahan meskipun udah sakit-sakit begini rasanya cuma satu, karena gue tau ke mana ini akan berakhir.

Karena tiap hari, aku selangkah lebih dekat menuju kamu.

Wednesday 26 April 2017

Up amd Down

Allah itu Maha Baik.
Makanya tiap kali kita lupa kepada-Nya, kita lantas diingatkan.
Jangan bandel, Self.
Kembali.
Kembali.
Kembali.
Kembali dan berserahlah kepada-Nya.
Maka semua gundah yang kau rasakan kini, tak akan lagi tampak berarti. 😊

Saturday 15 April 2017

Love is blind?

Karena jatuh cinta bikin orang jadi bego itu benar.

Being Good

Will you give up being good if it also means giving up your sadness?

What if you just need to be bad to find your happiness?

Will you hurt someone else just to be happy?

Or will you rather hurt to let someone else be happy?

Can we all be happy without sacrificing someone else's happiness?

Friday 14 April 2017

Wednesday 12 April 2017

Words and Swords

Blogging is healing.
Or so.

I'm the type of person who's craving for attentions. Ketika postingan gue dilike atau disetujui oleh pengguna medsos, itu membuat gue merasa didukung, merasa 'benar'. Semakin banyak like atau komen yang gue dapet, semakin tinggi pula rasa bangga dan percaya diri gue.

Ini bahaya. Bahaya besar. Karena bisa-bisa gue jadi takabur dan ngerasa paling bener sendiri, ujung-ujungnya gue bisa aja menafikan komen atau masukan dari orang lain yang mungkin lebih benar, hanya karena pendapat gue lebih banyak dilike dan didukung.

Tapi, gue juga rentan terhadap kritik. Gue ngerasa gue ini orang yang paling nggak bener sedunia kalo udah ada yang ngritik gue. Gue bisa kepikiran selama berhari-hari, padahal sebenernya orang itu nggak terlalu signifikan untuk hidup gue.

That's why, for me, silent blog is best.
Dulu gue ngeblog untuk berbagi tentang karya-karya gue sama semua orang, tapi sekarang, gue ngeblog hanya sekedar untuk mengekspresikan diri gue yang sebenar-benarnya tanpa harus takut akan menyinggung perasaan si anu atau si itu, dicap mulut neraka oleh si ono, atau dijudge sama orang-orang yang nggak tau apa-apa soal gue.

Ya, gue nggak perlu berpura-pura jadi siapapun di sini.

Gue bisa menulis apapun yang gue mau. Semua hal. Dari sudut pandang gue yang sebenar-benarnya.

Dan gue nggak perlu takut akan jadi besar kepala atau ngerasa paling benar, karena nggak akan ada yang ngebaca blog ini. Well... Kecuali orang-orang yang kurang beruntung dan nyasar ke sini sih. 😆

Jadi bisa dibilang, blog ini adalah penyelamat gue, karena bisa bikin gue jadi diri gue yang sebenar-benarnya, tapi nggak lantas bikin gue besar kepala.

Gue lega karena gue bisa bercerita kepada semua orang, sekaligus tidak bercerita kepada siapa-siapa.

Di sini, nggak ada yang membenarkan gue, tapi juga nggak ada yang menyalahkan gue.
This is my safe haven. ♡♡♡

Wednesday 5 April 2017

TMIP: the Most Important Person

Tadi siang, gue abis ketemuan sama Shippo. Lagi ngobrol-ngobrol, terus Shippo bilang gini, "I thought you're gonna keep going."

Gue tertohok karena teringat lagi akan keputusan berat yang baru gue ambil: meninggalkan panggung.

Ini bukan pertama kalinya gue memutuskan untuk meninggalkan panggung. Sebelumnya juga gue pernah melakukan ini, meskipun ujung-ujungnya gue balik lagi, malah lebih cinta sama panggung dibanding sebelumnya.

Panggung emang semacam magnet yang sangat besar buat gue.
Semakin gue berusaha pergi, semakin besar daya tariknya.

Lantas kenapa gue bisa meninggalkan panggung yang sangat gue cintai itu?

Entah, ya.

Btw, itu juga terjadi sama kerjaan gue. Dulu mana mau gue disuruh berhentu kerja. Nggak ada ceritanya. Tapi sekarang gue deliberately mengajukan resign.

Hmm.

Gue pernah baca ini di mana ya... "Suatu saat akan hadir seseorang yang akan membuat lo dengan suka rela melakukan hal-hal yang nggak pernah mau lo lakukan sebelumnya."

Love & Life

 

Tuesday 4 April 2017

Series of Unfortunate Events

Orang bilang "Kalau urusanmu nggak lancar, periksalah shalatmu."

First hand experience, itu benar dan gue mengalami itu sejak kemarin.

Akhir-akhir ini gue emang shalat seadanya, nggak sekhusyuk biasanya, nggak pakai hati. Padahal, katanya justru di saat-saat mempersiapkan hajat besar begini kita dianjurkan untuk memperbanyak doa dan ibadah.

Ya guenya bebel sih. :'(

Semua bermula dari kemarin pagi, gue menerima chat yang mengabarkan bahwa syuting drama seri yang naskahnya sedang gue kerjakan ternyata dihentikan sementara. Yang muncul di pikiran gue langsung: bagaimana dengan pembayaran tujuh naskah yang udah terlanjur gue kerjain? << efek ngumpulin duit buat nikah. Setelah itu baru deh gue mikir: kalo produksinya mundur sampe Juli, terus apa kabar nikahan aing?

Khawatir, tapi gue bismillah dulu aja. Yang penting jalanin dulu dengan sebaik mungkin, kalo ternyata bermasalah di ending baru deh pusing.