Termasuk hamil pertama.
True, that.
Buat gue, dari kehamilan pertama gue ini banyak banget yang bisa dipelajari, karena somehow hamil gue ini dibilang mudah ya mudah, tapi dibilang banyak kejutannya juga banyak kejutannya.
Wkwkwkwk.
Jadi, seiring dengan makin membesarnya si perut, makin banyak juga keluhan yang gue rasakan. Misalnya, sakit pinggang dan sakit punggung yang udah berasa semenjak bulan keempat, sekarang makin-makin berasanya. Hal lain, yaitu begah yang muncul saat gue makan terlalu banyak.
Menurut hasil browsing-browsing, bertanya pada Mbak Ika dan info dari ssekeliling, semua ini sih sangat normal, ya, emang dirasakan sama semua ibu hamil yang usia kandungannya udah memasuki trimester akhir.
Tapi, ada satu hal yang sering banget terjadi pada gue dan sepertinya nggak terlalu normal, yaitu flek.
WARNING: Language. Kalo lo nggak nyaman membaca istilah-istilah yang mungkin terlihat terlalu vulgar, then this post is not for you. Don't click.
Entah kenapa, dari awal-awal kehamilan, gue sering banget ngeflek dengan bermacam variasi, dari yang hanya berwarna pink muda banget sehingga nyaris nggak terlihat, sampai yang jelas dan mengkhawatirkan macam yang terjadi baru-baru ini.
Hari Selasa yang lalu, saat lagi ngeberesin piring habis sarapan, tiba-tiba gue merasakan ngilu yang amat sangat di perut bagian kanan bawah. Saking sakitnya, gue sampe mengaduh pelan yang terdengar sama Pillow. Ngilu di bagian bawah perut ini sering banget gue rasain, dan durasinyapun biasanya cukup singkat serta nggak menimbulkan efek apa-apa (selain gue kesakitan selama beberapa saat itu), jadi gue biasa mengabaikan ini. Tapi, yang terjadi kemarin, beberapa saat setelah ngilu, gue merasakan ada yang mengalir.
Hmmmm.
Secara gue cukup sering ngeflek, gue menduga jangan-jangan ini lagi-lagi keputihan dan flek. Gue cuek aja gitu nerusin aktivitas, sementara Pillow mandi dan siap-siap untuk berangkat kerja.
Tapi kenapa udah beberapa lama yang ngalir-ngalir ini rasanya nggak berenti juga ya?
Gue ngecek dan langsung DEG.
Kalo flek gue yang biasanya berwarna merah muda sampai cokelat muda, kali ini fleknya beneran persis kaya kalo gue mau dapet. Warnanya cokelat tua, dan lebih parahnya, ada gumpalan darah kecil berwarna merah tua kehitaman. Ukurannya sih kecil banget, paling seukuran kuku jari kelingking, but still, itu gumpalan darah, Men.
Refleks gue telpon Mbak Ika. Nggak diangkat. Gue WA, nggak delivered. Gue agak ngeblank dan langsung duduk sambil mengelus-elus perut memanggil-manggil si bayi, just to make sure si bayi nggak kenapa-kenapa aja sih.
Nggak ada reaksi dong dari si bayi. T_________T
Huhuhu...
Gue masih agak tenang. Begitu Pillow udah selesai mandi, gue bilang gue mau ke RS karena ngeflek, tapi masih nunggu balesan dari Mbak Ika dulu. Pillow minta maaf nggak bisa nemenin karena ada meeting jam 9 pagi.
Selama Pillow siap-siap, gue terus mengelus-elus perut sambil memanggil-manggil si bayi, dan masih nggak ada reaksi. Pillow juga lalu ikutan manggil-manggil si bayi sambil ngelus-ngelus perut gue. Ajaib, nggak lama setelah Pillow melakukan itu, ada reaksi dari si bayi.
Gue lega, saking leganya gue sampe nangis. Paling enggak ada reaksi dulu dari si bayi.
Ngeliat gue yang kaya gini, Pillow memutuskan untuk cancel meeting dan langsung ngebawa gue ke RS. Aku padamu, Mas Bantal. Kau selalu siaga, Siap Antar Jaga. <3
Kami berangkat ke RS. Karena hari itu hari Selasa, Mbak Ika praktek di RS Siloam Asri yang terletak di Duren Sawit, bukan di RSIA Tambak Manggarai tempat gue biasa kontrol. Sepanjang perjalanan, gue terus ngajak ngobrol si bayi sambil meminta dia untuk nggak tidur dulu. Si bayi pinter ini alhamdulillah nurut, dan beneran sepanjang jalan sampe RS terus-terusan nendang dan bergerak-gerak. Gue makin tenang, insyaAllah si bayi baik-baik aja kalo dia seaktif ini, mungkin pas tadi dia nggak bereaksi itu dia cuma lagi tidur, tapi karena bertepatan dengan ngeflek gue jadi overpanik.
Saat diperiksa, Mbak Ika agak penasaran juga sebenernya kenapa sih gue sering banget ngeflek, padahal terakhir kali dicek, jalan lahir dan rahim dalam kondisi bersih, si bayi juga sehat. Untuk memastikan, Mbak Ika kembali ngecek dengan memasukkan alat yang bentuknya kaya cocor bebek untuk membuka mulut vagina gue, lalu memasukkan tisu steril untuk mengecek sisa-sisa darah. Begitu tisunya ditarik lagi, ya emang bener masih ada sisa-sisa darah, tapi kali ini warnanya udah cokelat muda.
Btw itu agak sakit ya pas alatnya dan si tisu dimasukin. >_<"
Sepenglihatan mata Mbak Ika, jalan lahir lagi-lagi terlihat bersih, tapi untuk memastikan, Mbak Ika melakukan USG Transvaginal.
Dari sini deh baru ketauan kalo ternyataaaaaa dinding-dinding rahim gueeeeee BERVARISES sodara-sodara.
Makjan.
Jadi ketika alat USGnya diarahkan ke dinding yang bervarises itu terus 'diwarnain' kalo istilah Mbak Ika, ada area-area yang berubah warna jadi merah dan biru. Warna merah dan biru inilah yang katanya menunjukkan posisi pembuluh-pembuluh darah, dan yang merah-merah ini yang menunjukkan varises. Jumlahnya banyak dan cukup besar-besar.
Gusti.
Gue nggak pernah terlalu memikirkan yang namanya varises karena emang nggak pernah merasa bermasalah sih ya, tapi setelah menerima info ini, gue mulai mencari-cari info, salah satunya dari sini. Di situ disebutkan untuk menghubungi dokter kalo varises menyebabkan nyeri.
Hmmmm... Otak pun bekerja.
Emang sih, ketika ngasih rujukan dokter untuk gue kontrol bulan ke-8 yang akan menggantikan beliau, Mbak Ika menyarankan gue ke dokter Yuyun Lisnawati, yang selain obgyn juga seorang ahli fetomaternal. Meskipun Mbak Ika meyakini kalo insyaAllah proses lahiran gue secara normal nanti nggak akan terganggu dengan varises-varises ini, dokter Yuyun akan bisa memeriksa dengan lebih akurat, katanya, sehingga kalo beliau vonis aman ya insyaAllah pasti akan aman untuk pervaginal. Sekarang setelah dipikir-pikir, mungkin pemeriksaan lebih lanjut oleh ahli fetomaternal ini diperlukan karena varises gue menyebabkan nyeri alias ngilu-ngilu itu kali, ya?
Duh, schedule gue kontrol ke dokter Yuyun baru akhir bulan Mei nanti... Mudah-mudahan nggak akan ada apa-apa, terutama yang berpengaruh ke si bayi saat dan pasca persalinan.. Aamiin.
Eniwei, setelah ketauan varisesnya, pemeriksaan berlanjut ke USG biasa untuk mengetahui kondisi rahim dan bayi. Alhamdulillah, si bayi masih tetap baik-baik aja, jalan lahir baik-baik aja, rahim pun baik-baik aja. Posisi plasenta, kondisi mulut rahim, serta air ketuban juga nggak ada masalah. Jadiii yaaaa masalahnya memang pada varises itu.
Kalopun ada satu hal yang nggak biasa, paling size si bayi yang ternyata lebih gede dari ukuran normal aja sih. HAHAHAHAHAHA. Panjang tulang pahanya 6.05 cm, ukuran BPD 7.81 cm dan beratnya udah 1,5 kg di usia kehamilan 29 minggu 3 hari.. Padahal ukuran dan berat segitu rata-rata baru akan dicapai di usia kehamilan 31 minggu 3 hari. Walhasil, gue disuruh untuk mengurangi makan nasi dan konsumsi gula.
Yak.
Padahal gue lagi sering-seringnya craving makanan atau minuman manis.
Dan padahal juga, gue udah sangat jarang makan nasi. Kalopun makan nasi sedikit banget.
Tapi kalo makan kebab, sekali makan bisa dua sih.
*ditampol*
Sebenernya, menurut Mbak Ika, pada umumnya ukuran panggul wanita Indonesia yang tinggi badannya lebih dari 150 cm akan memungkinkan untuk melahirkan bayi dengan berat 3.5-4 kg secara normal tanpa kesulitan. Di atas itu, diperlukan ukuran panggul wanita-wanita Arab yang emang secara fisik lebih tinggi dan besar. Tapi sebaiknya gue tetep ngurangin makan sebagai ikhtiar dan jaga-jaga aja, jangan sampe ni bayi offside banyak, secara Pillow kan dari postur emang udah tinggi gede.
Kata Pillow begini, "Kamu makan kebab mulu sih! Makanya bayinya jadi kaya bayi Arab tuh, gede!"
Gw dan Mbak Ika ngakak.
Yah...
Kudu pinter-pinter nahan diri deh berarti saya.. XD
Ciao!
No comments:
Post a Comment