Thursday 30 March 2017

My Anomali Happy Ending

Ini kisah tentang mantan terakhir yang akan gue ceritakan sebelum menutup buku permantanan gue.

Like I said, kegagalan dalam hubungan yang hampir berlangsung 5 tahun membawa dampak yang cukup signifikan dalam hidup gue. Kepercayaan gue kepada makhluk bernama pria mengalami penurunan drastis, dan secara tidak sadar gue menganggap mereka sebagai 'pengganggu'.

Beberapa bulan pasca putus, setiap kali gue tau ada cowok yang berniat mendekati gue, gue langsung menjauh setelah ngasih warning, "Nggak usah repot-repot deketin gue, gue nggak berniat pacaran dulu." Sungguh, rasanya takut membayangkan kalo gue harus berada dalam suatu hubungan lagi.

Sementara itu orang-orang terdekat berusaha mengencourage gue untuk cepat-cepat cari yang baru. Tujuan mereka baik, gue tau, tapi luka gue saat itu nggak akan semata-mata terus sembuh dengan cara menjalin hubungan dengan laki-laki lain yang gue nggak yakin gue sayang. Hati gue saat itu hancur, dan gue berjanji sama diri sendiri, gue nggak akan memberikan hati yang hancur ini pada siapapun, karena nggak akan adil buat si pria. Kalo kelak gue menjalin hubungan lagi, gue mau kondisi gue udah stabil, nggak masih tiba-tiba nangis tiap beberapa jam sekali. Kenyataannya, sampai hampir dua tahun gue belum juga 'sembuh'. Well, emang sih ada faktor lain yang juga ikut berpengaruh dalam hal ini, bukan semata-mata karena gue patah hati dan nggak bisa move on dari si Mantan.

Tembok

Kadang emang lebih baik ngomong sama tembok. Karena kita mau cerita apa aja terserah, dan nggak ada ekspektasi si tembok bakal bales ngomong atau menanggapi. Jadi gak perlu baper kalo nggak ada respon.

Beda kalo ngomong sama orang mah.
Bawaannya baper mulu.
Dan seperti biasa gue cuma bisa diam.

Okelah, for my own sake, gue akan belajar membiasakan diri ngomong sama tembok.

Blog juga tembok sih.
In a way.

Wednesday 29 March 2017

Terima Kasih Kalian, Barisan Para Mantan

Lo pasti baca judul itu sambil nyanyi.
LOL.
Yep, gue memutuskan untuk menyisihkan sedikit waktu dan mengenang deretan mantan yang sudah menghiasi hidup gue selama ini, baik yang benar-benar mantan maupun yang 'mantan'.

My Puppy Love (1997)
Kelas empat SD. We barely 9 or 10 back then. Pacarannya masih pacaran lucu, nggak pernah sapa-sapaan kalo di kelas, tapi selalu telpon-telponan di rumah. Sampe gue kehilangan minat lalu berhenti merespon. Yeah, I'm that cold blood bitch.

One Night Stand (2000)
Istilah ini gue pake cuma untuk menggambarkan durasi hubungan gue dan mantan yang satu ini. Doi nembak waktu istirahat, waktu pulang gue udah minta putus. Gembel emang gue.

First Love? (2000-2001)
Pertama kalinya gue ngerasa sayang sama cowok, mungkin sama cowok kelas sebelah inilah. Dulu masih jaman surat-suratan, pulang pergi sekolah pake sepeda barengan. Enggak, kagak boncengan, gue naek sepeda sendiri, dia juga naek sepeda sendiri. Our relationship last almost a year, dan setelah kami naik ke kelas dua es em pe, kami mulai merenggang, padahal kelas masih tetep sebelah-sebelahan juga. Dan akhirnya, kami memutuskan untuk putus. Or, lebih tepatnya, gue memutuskan untuk menyudahi hubungan yang udah antara ada dan tiada ini, lalu dia mengiyakan.

Tuesday 28 March 2017

RIP: Dream

I once proudly announced that I'm a dreamer.
But at the same time I'm also a realist.

Entah dari jaman kapan dari, gue punya mimpi untuk ngadain konser. My own songs, my own choreography, my own dance squad, my own fans, my own concept. Mimpi yang tertuang dalam banyak karya-karya gue di fanfic maupun naskah. Dulu gue pernah berjanji sama diri gue sendiri, suatu saat mimpi itu akan jadi kenyataan.

Tapi sekarang, sebagai orang yang realistis, gue memutuskan untuk tetap menjadikan itu mimpi saja.
Ya, mimpi.

Sebentar lagi gue akan memulai hidup gue yang baru. Dan di sana, gue bukan lagi burung yang bisa terbang bebas mengembangkan sayap. Gue akan berubah menjadi seseorang yang baru. Seseorang yang akan taat pada apa yang sudah digariskan oleh ajaran agama gue.

Dan gue akan mengucapkan selamat tinggal pada mimpi-mimpi gue.
Gue akan membiarkan mereka tetap menjadi mimpi.

Sunday 19 March 2017

DDS Wedding Operation Mission 4: Kebaya Oh Kebaya

I really do enjoy fitting kebaya akad. Hihihi. Nyariin kebaya akad buat gue ternyata jauh lebih gampang dibanding nyariin beskap Pillow. Bukan karena Pillow rewel terus milih-milih, oh no, dia bahkan lebih selow daripada gue. Tapi emang karena ukuran badannya yang agak-agak beda dari yang lain. Bukan cuma soal gedenya, tapi tangan Pillow emang agak lebih panjang dari orang kebanyakan.
Macam gorilla.
Ha.

Friday 17 March 2017

Am I Really Getting Married?


Fortunately, yes.
Yeay!

Pas foto untuk buku nikah. XD
I'm so ready for this.

127 more days to go.


I can't wait. <3

Wednesday 15 March 2017

Suamiku, Mantan Pacarmu Telepon Nih...

Hari ini gue logged in FB dan menemukan beberapa teman posting artikel ini.

Sumbernya: http://www.cerpen.co.id/post_140074.html

Kalau dilihat dari sumbernya yang adalah cerpen.co.id, berarti kemungkinan fiksi ini dimaksudkan untuk memberikan nasehat pada para suami agar selalu mengingat pengorbanan istri dan memperlakukan istri dengan baik. Setuju banget sama moral message yang ingin disampaikan. Dan sepertinya tersampaikan, karena rata-rata yang repost atau komen di artikel tersebut mengimbau kepada suami masing-masing untuk menjadi seperti suami yang ada di artikel tersebut.

Tapi,
Entah gue yang super rese apa gimana ya.
Kalo gue jadi sang istri yang ada di artikel itu sih, gue bakalan kecewa parah sama suami gue.

Ya, gimana enggak...
Pada bagian di mana Marissa si Mantan bertanya, "Kamu masih cinta nggak sama aku?"
Tommy terdiam sejenak lalu menjawab, "...cinta."

Percakapan berlanjut,
Marissa si Mantan bertanya lagi, "Kalo gitu kita nikah aja! Saya janji kita akan jadi suami istri yang baik dan saling sayang."
Tommy lantas menjawab, "Gak bisa, Marissa, saya sudah menikah, istri saya sangat mencintai saya,  saya nggak mungkin melukai dia. Saya seorang pria."

Tommy kemudian memaparkan alasan kenapa dia nggak bisa menikahi Marissa yang kalo dijadikan kesimpulan kira-kira seperti ini:
1. Tommy tau betapa sakitnya dikhianati, jadi Tommy nggak mau mengkhianati istrinya.
2. Tommy sudah berkomitmen pada dirinya sendiri ketika meminang istrinya, bahwa ia akan selalu ada di samping istrinya dalam kondisi bagaimanapun.
3. Tommy tidak mau menginjak-injak kehidupan seorang wanita yang sudah menyerahkan dirinya (istrinya).

Tommy juga nggak mau berteman baik dengan Marissa karena dia ngerasa nggak ada gunanya dan bisa membuat istrinya cemburu.

While I'm applauding Tommy for his effort to keep his commitment, di lain pihak gue merasa sangat bersimpati pada istri Tommy (yang namanya nggak disebutkan). Kenapa? Karena gue nggak ngerasa Tommy cinta sama istrinya. Gue bahkan bertanya-tanya, ini Tommy nikah sama istrinya karena dijodohin apa gimana sih? Semua alasan yang dipaparkan Tommy pada Marissa, bukan karena cintanya pada sang istri, melainkan karena Tommy merasa dirinya adalah seorang pria yang sudah berjanji nggak akan merusak komitmennya pada sang istri.

Mari kita berandai-andai sang istri bisa mendengar percakapan antara si suami dan si mantan.

Bayangin betapa hancurnya hati sang istri ketika dia tau Tommy masih cinta sama mantannya. Bayangin juga betapa kecewanya sang istri karena meskipun Tommy menyanjung-nyanjung dan meninggikan istrinya setinggi langit, nggak sekalipun Tommy bilang, "Saya mencintai istri saya." pada Marissa.

Enggak. Yang Tommy bilang adalah "Istri saya sangat mencintai saya."

Kalau Tommy benar mencintai istrinya, ia akan menjawab dengan tegas TIDAK ketika Marissa bertanya apa dia masih cinta Marissa, meskipun pada kenyataan mungkin dia memang masih cinta sama Marissa.

Kalau Tommy benar mencintai istrinya, ia akan menjawab "Saya tidak ingin mengkhianati orang yang saya cintai." dan bukannya "Saya tau bagaimana sakitnya dikhianati, karena itu saya nggak mau mengkhianati istri saya." Lha kalo nggak sakit, lo bakal khianatin istri lo?

Mungkin ada reader yang akan komen "Yaaaa kan Tommy ngomong gitu karena nggak ada istrinya. Kalo ada istrinya pasti beda lagi."

Lho, justru cinta nggaknya seseorang sama lo itu dilihat dari seperti apa dia bersikap saat lo nggak ada, bukan saat lo ada. Sama seperti teman sejati adalah teman yang membela lo ketika lo nggak ada, bukan cuma saat lo ada.

Artikel itu menyebutkan "Hal yang paling membanggakan untuk wanita bukan soal memiliki banyak pria, melainkan berapa banyak wanita yang bisa ditolak oleh pasangannya." and I have to disagree. Buat gue sebagai cewek, hal yang paling membanggakan buat gue adalah mengetahui betapa pasangan gue mencintai gue and he shows that to the world. Rather than mengetahui berapa banyak cewek yang dia tolak, gue lebih bangga mengetahui berapa banyak cewek yang nggak jadi nggodain dia karena melihat sendiri betapa dia mencintai gue.

So, di saat cewek-cewek berharap suami mereka nanti bisa bersikap seperti Tommy, gue malah berdoa mudah-mudahan suami gue nanti tidak menjadi seperti Tommy.

Mudah-mudahn suami gue nanti akan dengan bangga bilang ke semua orang, kalau dia mencintai gue, rather than menceritakan pada dunia betapa gue begini dan begitu dan karenanya dia nggak mau menyakiti gue, atau karena dia adalah seorang pria yang berkomitmen.

Buat gue,
yang paling membanggakan adalah mendengar Pillow berkata, "Saya begini dan begitu, karena saya mencintai Princess."

Iyah, Pillow, I love you too. :*

Sunday 12 March 2017

What Are You Made Of?

Kadang, orang hanya bicara yang baik-baik bukan karena mereka sok baik, tapi karena mereka ingin menjadi baik.

I understand at least that much.

Bukan karena mereka munafik, tapi karena mereka ingin mencoba untuk tidak berkata buruk.

We know best about ourselves.

We're lying if we said we don't.

We actually know, what we are actually made of.

But we're afraid, and unsure to accept it.
It's okay.

Diamond will be diamond no matter what people say.

Emang ketika orang-orang bilang "Itu berlian nggak ada harganya." lantas beneran tu berlian jadi nggak berharga? Kagak. Tetep aja kalo dijual mahal kan.

Ketika berlian pecah berkeping-keping pun, misalnya, apa dia jadi nggak berharga? Less, maybe, but still worth a lot more than others.

Btw, nggak mungkin sih emang ada orang yang ngomong, "Itu berlian nggak berharga." secara semua orang udah tau seberapa berharganya berlian.

Yang ada hanyalah orang-orang yang salah ngeliat berlian sebagai "cuma" batu. Mereka lantas menganggapnya nggak berharga, karena mereka cuma ngeliat luarnya, nggak tau apa yang tersembunyi di dalamnya.

Atau mereka yang pengen menjauhkan orang lain dari berlian ini agar bisa memilikinya sendiri.

Atau justru orang-orang yang ingin agar berlian ini tidak dimiliki siapapun, karena tidak ingin ada orang lain yang menandingi berlian yang ia miliki.

Sebagaimana emas nggak lantas berubah jadi batu hanya karena orang-orang bilang dia batu.

Emas akan tetap berharga.
Bahkan ketika rupiah turun naik, emas akan tetap berjaya.
Makanya yuk nabung emas aja.
...
Bukan.

Maksudnya, kita nggak akan jadi jahat hanya karena orang-orang bilang kita jahat, apalagi orang yang relationshipnya surface sama kita. Don't let what people said define we you really are.

We are what we think we are, not what people think we are.

Mungkin sekarang kamu akan berhenti dan berpikir, "Tapi aku bukan berlian. Aku bukan  emas. Aku nggak berharga."

Well, for me, you are.
End of discussion.
Your argument is invalid.

Sunday 5 March 2017

DDS Wedding Database: VENUE


Pencarian venue gue dan Pillow sebenernya antara jelas nggak jelas sih. Wkwkwk. Awalnya, setelah menetapkan budget, kita berniat untuk mencari venue yang harganya di bawah 20 juta. Gue sendiri udah ngebidik area TMII dan sekitarnya karena harganya sesuai kriteria. Tapi apa boleh buat, rencana tinggal rencana. Masalahnya, pembicaraan antara orang tua baru terjadi akhir Januari, sementara kita berniat untuk resepsi di bulan Juli.

Ya udah full booked semua laaaaah.
Wkwkwkwk.

Gue sempet ngecek At Tin, Padepokan Pencak Silat dan Gedung Pewayangan di akhir Januari. At Tin udah full booked untuk Juli, kecuali tanggal 23 malam. Padepokan Pencak Silat juga demikian, bahkan di waiting list-pun gue dapet urutan ke-3. Ke-3 loh ya, catet tuh, itu waiting list loh. Gedung Pewayangan malah sama sekali nggak ada tanggal yang tersisa untuk Juli, alias semuanya udah fix.

Ih, cucok.

Ada untungnya juga sih kita nggak dapet di situ, mengingat jalan TMII kalo lagi ada acara nikahan tuh macetnya naudzubillah. Kasian juga tamu-tamu kami nantinya.

Berikut venue-venue yang udah gue cek sebelum akhirnya settle dengan Kuningan City Ballroom.

DDS Wedding Database: Make Up Artist

I seriously didn't think too much about this--at first. Gue pikir, ya udah lah make up kan gitu ye rata-rata sama. Lagian cuma buat dua jam doang kok. Jadi, karena gue udah sreg sama make up salah satu sanggar rias yang udah sempet gue datengin, gue bermaksud untuk ambil paketan dari mereka aja, yang mana udah include make up.

Awalnya.

Beberapa hari berlalu.

Lalu, tiba-tiba, layaknya ababil yang tengah puber (puber ape ente, Ay?), gue mulai galau. Apalagi setelah liat-liat instagramnya MUA-MUA kece Jakarta. Puncaknya adalah saat gue melihat instagram Marlene Hariman. Entah dari mana dorongan itu muncul, gue lalu bertekad "Gue mau dimake up sama Marlene buat D-Day."

Berikut adalah MUA yang sempet gue cari-cari infonya, sebelum akhirnya deal sama om Irwan Riady. Please note harga di bawah ini hanya untuk pengantin (kalo buat mama atau bridesmaids, atau pre-wedding, engagement dan pengajian beda lagi) dan berlaku untuk daerah Jakarta yes.